Marga apa kau ?


“Jolo tinitip sanggar laho bahen huruhuruan da, jolo nisungkun marga asa binoto partuturan da” sepertinya kita orang batak saat ini harus sudah mulai waspada dengan pola pewarisan silsilah pada anak-anak kita kalau tidak akan tergerus habis dilindas jaman dan hilanglah warisan yang kita banggakan sebagai orang batak yaitu falsafah Dalihan Natolu.

Kenapa rupanya lae Sipahutar terlalu kawatir ? ditanah ratau ini sering aku dengar pembicaraan antara orang batak yang agak nyeleneh, berikut ini petikannya.

T = Eda boru apa sich ?
J = aku boru Siahaan,
T = kalau suami eda ?
J = marga Sipahutar,
T = kalau eda boru apa ?
J = aku boru Siagian,
T = suami eda ?
J = marga Sipahutar ? “

Nah inilah yang saya sebut nyeleneh “Mereka sama – sama istri marga yang sama begitu ketemu kembali mereka kalau bertutur kata masih pakai kata eda” juga , waduh ? gimana ini ,mampus aku pikirku apa mereka tidak dimodali lagi dari rumah dengan sistim kekerabatan kupikir 🙂 .

Adalagi yang agak lucu “istri” orang batak bilang begini “Kemana yah Silae pergi? ” padahal seharusnya dia menyebut dengan panggilan si ito, atau amang karena silae adalah panggilan yang dipergunakan oleh antar lelaki ” wah makin kassau .

Suatu hal yang perlu diwaspadai kalau tidak akan hilanglah sistim Dalihan Natolu itu, sering aku berpikir apa ini akibat dari jaman globalisasi atau karena ketidak perdulian kita lagi terhadap marga yang kita miliki. Menurut pengamatan saya sudah banyak orang batak ditanah rantau ini merasa adat istiadat itu menyulitkan apalagi sudah berhubungan dengan istilah – istilah kekerabatan dan adat istiadat batak.
Masih adakah yang peduli tentang ini ? mudah-mudahan .

  • Mohon maaf apabila marga anda sama dengan marga diatas, bukan merekalah pelakunya hanya sebuah contoh .

8 Tanggapan

  1. Wah jadi pengen tahu, aku memang pengagum orang Batak, kalau nyanyi suaranya merdu sih, dulu punya Oom namanya Siregar, aku diajarin nyanyi
    Butet…dipangungsian …lupa ah !
    *Habinsaran : Memang sich teh, orang batak mungkin diciptakan untuk menyanyi :), kalau orang Sunda Geluis-geluis dan baguer 🙂

  2. Ya, cerita diatas sering terjadi. Sebenarnya dalam perkenalan awal ya kita memang bilang LAE. Meski setelah mar tarombo bisa jadi mar TULANG atau mar UDA. Begitu juga pada awalnya bisa saja panggil EDA dulu, baru setelah martarombo ternyata mar inanguda atau mar namboru.
    Tidak masalah toh..
    *Habinsaran : Masalahnya walaupun mereka sudah berkenalan tetap saja panggilannya seperti tahap perkanalan awal, misalnya sudah tahu sama2 satu marga tapi pangilnya lae kan berabe itu 🙂

  3. Uda baru dope hubaen blogku da di http://boypahutar.wordpress.com, alai isina sembarang dope
    Thanks
    *Habinsaran : keep blogging 🙂

  4. sekitar 8 tahun lalu aku dan seorang kawan wartawan bermarga simanjuntak pernah didamprat seorang kakek. si kakek sudah kenal aku dan tahu bahwa aku bermarga siahaan.
    di depan si kakek, kami berdua bercakap-cakap. kawanku simanjuntak itu selalu menyapaku dengan “appara”. beberapa saat kemudian si kakek menegur kami berdua.
    “kau marga apa?” tanya si kakek pada temanku. setelah dijawab bermarga simanjuntak, kakek pun marah-marah.
    “tak tahu adat kau ya! dari mana pula jalannya kau panggil appara sama siahaan?”
    aku juga ikut kena damprat. “kau pun kok mau dipanggil appara,” kata si kakek padaku.
    si kakek tegaskan pada kami bahwa meskipun berusia lebih tua, seorang simanjuntak tetap harus memanggil abang atau bapatua kepada seorang pria bermarga siahaan.
    momen itu benar-benar pengalaman berharga buatku. karena sebelumnya aku pun mengira tak masalah bila tiga marga bersaudara [hutagaol, simanjuntak, siahaan] saling menyapa dengan “appara”.
    terima kasih untuk blog habinsaran.
    salam dari balige, tepi danau toba.
    *Habinsaran: mauliate , aku baru tahu hutagaol, simanjuntak, siahaan bersaudara

  5. boypahutar, ini anaknya tulang lambok sipahutar parpelni ?
    maaf lae kalau salah yah. mauliate.
    Habinsaran : Bukan , saya anaknya B Sipahutar dari Parsoburan

  6. Sebelum mengenal kata ‘TUHAN’, orang batak menyebut Pencipta langit dan bumi ini apa yah lae?
    *Habinsaran : Setahuku sich Mulajadi Nabolon,

  7. Horasss Bang,

    salam kenal aku pun Sipahutar, tp tdk bisa bhs batak:)
    senang ada yg satu marga dg ku hehehe
    trims Bang
    *Habinsaran: Horas , baru ketemu sama satu marga nich .

  8. wah asyik juga nich, aku jalan sama cow batak marganya sama, jd sedang cari2 info banyak tentang adat batak, cara memanggil memang perlu diketahui banget ya sedetil-detilnya klo gak bisa jd omongan..apalagi soal tarombo masih buta nich..salam kenal ya bang..

Tinggalkan Balasan ke BatakNews Batalkan balasan