Aku tahu engkau perduli itu,
Aku tahu engkau tak suka itu,
Aku tahu kau benci bodat itu,
Aku tahu kau benci latteung itu,
Aku tahu hatimu menjerit ,
Aku tahu hatimu pilu,
dan
Aku tahu banyak yang menanti tulisanmu,
Aku tahu mereka haus akan itu,
Aku tahu mereka mendukungmu,
tetapi
Apakah mereka mengertimu ?
Itu yang tak kutahu,
Bung hidup memang pilihan,
Bung sebagai sahabat aku hanya bisa melihatmu dari jauh,
tetapi
Aku tahu aku tak bisa berbuat apa padamu,
Bung kalau saja aku bisa, aku akan lakukan,
tetapi
Kurasa engkau tahu aku tak bisa,
Sulit memang, sulit untuk berganti muka,
Sangat sakit untuk meninggalkan kata hati,
tetapi
Yang kutahu bung idealis,
Yak kutahu bung pejuang sejati,
dibalik itu ada kelembutan dalam hatimu,
Yang kutahu bung sayang keluarga,
Yang kutahu bung sayang professimu,
Yang kutahu bung sakit kalau tidak berkata benar,
Yang kutahu saat ini engkau bimbang,
Tetapi teruslah berjuang pada kebenaran,
Semoga Tuhan memberkatimu,
dan akupun tak tahu bung suka atau tidak dengan tulisan ini,
Jakarta Fri Aug 31,11:30 am
Filed under: Ragam |
Ah…, kutahu kepada siapa surat sajak ini lae tujukan…. Pasti bukan aku, bukan pula ke lae Monang Naipospos. Aku mau membuka jawabannya bila lae memenuhi satu syarat: lae belikan aku sepiring mie gomak, kuahnya hangat, pedas, dan banyak.
Ternyata memang, laeku par-Habincaran ini…., tampang dan kumisnya saja macam cincu P.O Makmur. Hatinya lembut kali…
he-he-he….
*Habinsaran : Tentunya Amang Tahu, tak perlu kusogok Amang dengan Mie Gomak ….. hahahahaha , salam buat amang sekeluarga semoga Tuhan memberkati kita semua .
ah, ikutan nebak dulu kayak lae suhunan. aku pun tahu pada siapa puisi ini dibuat. soalnya lae shah utar sudah imelkan padaku jawabannya.
syaratku, ya sama juga: dibelikan mie gomak, banyak, [jangan] pedas, dan di atasnya ditaruh dua biji pisang goreng. š amang sodap nai jo….
*Habinsaran : Tadi istriku telepon dari rumah, katanya dia lagi buat mie gomak, kalau mau lae nanti kukiriminlah , hahahahahaha
Kepada orang yang lae tuju, kuberlakukan puisinya chairil anwar yang bertajuk “AKU”
kalau sampai waktuku
ku mau tak seorangpun merayu
tidak juga kau
aku ini binatang jalang
dari kumpulannya terbuang
biar peluru menembus kulitku
aku tetap meradang
menerjang
berlari ..
hingga hilang pedih
perih
dan aku lebih tidak perduli
aku mau hidup
seributahun lagi.
–
–
orangnya ceking seperti baru pulang dari pertempuran.
kumisnya halus, sorot matanya tajam. Dirumah
sering pakai sarung walau tidak sering digulung-gulung š š š
–
aku belum dapat info rahasia siapa itu, hanya tebakanku saja. Bila benar, aku tidak minta mie gomak, tapi mout, dan dagut-dagut. š
@ monang naipospos
perlu ada ralat: kumisnya bukan halus, tapi lebat.
š kwa-ka-kak….
siapa itu orangnya yah…. *pura-pura bego*
bagus do lae ba puisi munai! mauliate ma di hamu, terpesona do au jala sai tumatangis di ganup ari on…………..
*Habinsaran : Mauliate lae .